Jepang Tokyo Winter

Berburu Sakura Musim Dingin Di Bawah Tokyo Sky Tree

Saya menyukai sakura namun akhirnya saya menemukan Sakura Musim Dingin. Saya menyukai setiap helai bunga-bunga yang jatuh dan tersapu oleh angin. Dan, saya menyukai menikmati indahnya matahari di balik bunga berwarna merah jambu ini. Namun, untuk mewujudkan wishlist ini, bukan berarti mudah dan tidak ada rintangannya. Seperti pernyataan, Manusia berencana namun Tuhan yang mengatur, benar adanya. Berarti ada dua kemungkinan, berhasil atau gagal.
Lagi-lagi karena Negeri Matahari Terbit ini selalu mempesona, saya tidak akan menyerah begitu saja untuk mewujudkan mimpi ini. Oh iya, sebetulnya saya sudah pasti berangkat ke Jepang pada bulan Februari awal tahun ini. Dan, menurut informasi yang saya dapat di beberapa wilayah sebelah selatan seperti Okinawa, Nagasaki dan Fukouka diprediksi akan mekar pada bulan Februari, sedangkan Tokyo diprediksi akan mekar pada Maret akhir. Namun, berawal dari iseng-iseng melihat instagram, ternyata di Tokyo pun telah mekar sakura. Saya tidak mendapatkan petunjuk yang jelas, hanya di bawah Tokyo Sky Tree. Dan, perburuan ini pun di mulai.
Dee, blog www.heydeerahma.com
Dee, salah satu teman saya ternyata juga di Jepang. Entah suatu kebetulan yang sangat jarang terjadi. Kami bertemu di Asakusa pada suatu sore. Padahal, kami tidak pernah merencanakan untuk traveling bersama, untuk bertemu di Jakarta saja sudah sangat jarang. Saya sangat senang dapat bertemu dengan teman dari Indonesia. Setidaknya saya bisa berbahasa Indonesia dan meluapkan kata-kata yang sudah tertahan beberapa hari di Tokyo.
Lagi pula, selama berada di Tokyo saya hanya beberapa kali menjumpai orang Indonesia dan ngobrol hanya terbatas pada kalimat pendek saja. Rasanya ingin sekali meluapkan kata ‘Lo, Gue’, bahasa yang biasa dilontarkan antar teman dan dengan jarak usia yang tak terlalu jauh.
Jam 5 sore saya sudah berada di Sensoji Temple, Asakusa. Alasan kami bertemu di Asakusa adalah karena sangat dekat dengan hostel saya, dan Dee pun sedang berada tak jauh dari daerah ini. Beberapa menit kemudian, Dee muncul di depan pos Polisi di depan kuil berwarna merah dengan ikon Kaminarimon atau Dewa Petir.
“Akhirnya ketemu juga, di Jakarta kita ngga pernah ketemu, eh kita ketemunya malah di Jepang.”
Begitulah kira-kira ungkapan kami berdua, serasa tak percaya bisa bertemu di Asakusa, sore ini. Karena kami berdua lapar, akhirnya mampir di salah satu fast food di sudut Asakusa. Makanan apapun bisa di dapatkan di Asakusa, apalagi seperti makanan fast food seperti ini.
Sayang, Dee harus segera pulang karena ada sesuatu hal yang harus dikerjakan.
“Oke, nanti kita ketemu lagi. Masih banyak hari di Tokyo ini.”
Kami berpisah di ujung jalan Asakusa, tepatnya di jembatan sungai Sumida River menuju ke arah Tokyo Sky Tree.
” Dee, kita berburu sakura yuk,” Saya melemparkan ajakan untuk melihat sakura dari dekat. Walaupun tidak ada petunjuk jelas dimana pohon sakura itu berada.
“Yuk, sambil piknik juga nih. Gue bawain lo roti ya.”
Suhu udara di Tokyo bisa mencapai 4 derajat bahkan bisa menyentuh titik nol. Saya memastikan seluruh jaket winter dan sweater tidak tertinggal. Tak lupa penutup kepala dan sarung tangan pun saya bawa untuk menahan dingin. Meskipun matahari bersinar dan menghantarkan panas, namun hembusan udara dingin seakan membekukan tangan, kaki dan kepala. Apalagi setelah matahari tenggelam, maka udara akan menuju titik terdingin di hari itu.
Saya dan Dee seperti biasa di depan Sensoji Temple. Dan kami langsung menuju sungai Sumida yang berada tak jauh dari Asakusa. Biasanya kalau di Jakarta, saya terbiasa dengan ojek online, maka disini saya membiasakan untuk jalan kaki dari satu tujuan ke tujuan lain atau naik sepeda keliling kota. Dan, metode jalan kaki ini bisa menurunkan berat badan sampai beberapa kilogram, hahaha.
Sepanjang bantaran sungai Sumida, terdapat pohon-pohon sakura yang belum mekar. Selain terdapat pohon, terdapat taman bermain dan trek jalan kaki maupun sepeda. Tempat duduk dan toilet pun tersedia di sepanjang jalan menuju jembatan. Saya tak melewatkan satupun spot untuk dijadikan background foto. Apalagi selagi matahari masih menampakan diri dan langit masih biru.
Kami melanjutkan perjalanan menuju jembatan dan terus menyusuri jalan menuju Tokyo Sky Tree. Kami sempat berhenti pada satu kuil kecil. Pada awalnya saya dan Dee hanya ingin mengambil gambar pohon yang mirip sakura. Pohon ini adalah ‘Uma’ atau aprikot dalam bahasa Indonesia.
Seorang perempuan berusia hampir 50 tahun mendekati kami dan menyuruh kami untuk mampir sebentar. Setelah berada di dalam, kami berdua beradu pandang karena merasakan ada yang aneh. Dengan segera kami pamit dan meninggalkan kuil ini.
Tulisan SAKURA dalam huruf Jepang
Saya sebetulnya hampir menyerah, tapi setelah melihat instagram dan ternyata terdapat balasan dari orang yang mengambil foto. Menurutnya, pohon ini berada persis di bawah Tokyo Sky Tree dan dekat dengan sungai. Saya kembali bersemangat dan menyalakan GPS dan menuju sungai yang di maksud. Sebelum sampai ke sungai, kami harus melewati Tokyo Solamachi, sebuah mall yang persis berada di bawah Tokyo Sky Tree.
Kami sempat terkecoh dengan pohon Uma yang berada di dekat Tokyo Solamachi. Memang bentuk Uma dan Sakura hampir mirip, namun sakura lebih merah jambu sedangkan Uma atau Aprikot lebih terlihat merah dan kecil.
Tak menyerah, saya pun menyebrang ke arah sungai melalui Jembatan. dari jauh terlihat beberapa pohon berwarna merah jambu. Mata saya langsung berbinar-binar. Setidaknya sudah lebih 3 jam kami menyusuri jalan dari Sumida River dan berakhir di sungai dibawah Tokyo Sky Tree. Bahagia rasanya menemukan Sakura musim dingin. Terdapat 3 pohon yang persis berada di ujung jembatan arah menuju ke Tokyo Solamachi.
 
From dream to reality. My dream comes true with this winter sakura. Inilah Sakura Musim Dingin yang saya impikan. So, kalau punya mimpi yang ingin diwujudkan di 2018, mulailah dari hal-hal kecil dan lakukan dengan baik. Siapa tahu kamu akan mendapatkan durian runtuh atau bahkan emas dan berlian di negeri orang sekali pun.
Tips Melakukan Perjalanan Backpacker Ke Jepang
 
 
Traveling ke Jepang saat ini bisa dilakukan oleh siapapun bahkan untuk solo traveler atau backpacker. Jepang terkenal sebagai destinasi favorite di Asia selain Korea Selatan, menjadi magnet apalagi semenjak adanya Visa Waiver. Visa Waiver merupakan visa kunjungan ke Jepang dengan durasi lama tinggal dalam waktu 15 hari selama 3 tahun. Visa ini bisa didapatkan bagi pemegang E-passport. Dan, visa ini gratis-tis dengan durasi pembuatan 1 hari di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.

Jurus kedua untuk menghemat budget adalah pesan tiket pesawat beberapa bulan sebelumnya. Nah, kalau yang ini saya punya cara spesial dan mudah, yaitu Price Alert atau Notifikasi Harga dari Traveloka. Price Alert bisa diseting sesuai dengan kemauan kita, misalnya tujuan dari Jakarta ke Tokyo dengan budget 3 juta. Dapat di-setting tanggal keberangkatan dan dimana notifikasi akan muncul melalui email, layar ponsel atau keduanya. Jika terdapat harga tiket yang sama dengan budget atau lebih rendah, kita akan diberitahu secara langsung secara harian atau mingguan sesuai selera.

 

 

Hotel merupakan hal yang bisa dihemat dengan menginap di kapsul. Yes, di Tokyo banyak sekali pilihan hotel mulai dari bintang 5 sampai hostel yang beramai-ramai di dalam satu kamar namun sangat aman dan nyaman. Saya biasanya menginap di hostel dengan kisaran harga diatas 100 ribu rupiah per malam.
Urusan makanan, bisa disiasati dengan membeli nasi siap dihangatkan di oven dengan harga sekitar 120 yen per bungkus, atau sekitar 250 per 3 bungkus. Selain itu terdapat nasi bento mulai dari 250 yen. Atau bisa juga makan di Yoshinoya dengan paket makanan mulai dari sekitar 300-400 yen per porsi.
Jadi kapan kamu menyusul untuk menemui Sakura Musim Dingin? Inilah beberapa tips yang bisa saya bagikan. So, mau kan traveling ke Jepang?

Notes : sebagain besar foto dari Dee, blog www.heydeerahma.com

Anda mungkin juga suka...

4 Komentar

  1. seru bangetttt, pingin juga kesana

  2. Bunga Lompat says:

    Sebenarnya sampai sekarang, 'Jepang' agak sensitif untuk saya. Gimana enggak, jadi negara impian sejak 8 tahun yang lalu. Bukan sekedar sebagai 'negara', tapi juga bahasa, budaya, makanan, dan orang2nya. Pendidikan juga. Tapi tapi tapi, mungkin Allah mau kasih jalan yang lain lagi hehehe.

    Turut senang dan bersuka hati atas kesempatan keren bisa berkunjung kesana dan menyaksikan sakura secara langsung ^_^

    Saya juga suka tuh dengan fitur Traveloka bagian notifikasi harga terendah sesuai budget. Kemarin beli tiket ke Thailand alhamdulillah dapat tiket yang sesuai dengan keinginan hehehe.

  3. Baru aja pertama kali ke Jepang Agustus 2017. Sepertinya Tokyo musim dingin lebih cantik daripada waktu musim panas kemarin.. Mendung hujan terus :((

  4. […] ke Jepang itu murah dan ngga mahal kok, percaya deh. Apalagi kalau ke Tokyo aja atau ke Osaka dan Kyoto aja dengan Backpacker style, pasti lebih hemat. Setelah bolak-balik […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *