Bali menawarkan sejuta pesonanya. Tak hanya Nusa Dua, Kuta atau Sanur, Ubud pun tak luput dari kedatangan wisatawan dalam negeri dan mancanegara. Kata orang, Bali adalah pulau dewata, tapi menurut saya Bali adalah surga dan Ubud adalah surga tertinggi dalam kastanya.
Ubud memang berbeda. Apabila ingin menikmati indahnya pedesaan Bali atau sekedar yoga dengan pemandangan sawah, Ubud adalah tempat yang cocok. Saya setuju apabila ada orang yang menyatakan kalau Ubud itu tempat paling sunyi. Sunyi bukan dalam arti sepi, tapi tempat mendekatkan diri dengan alam. Sunyi bukan mati, melainkan melampui hidup dan dekat dengan Yang Maha Kuasa.
Destinasi Wisata Ubud pun tak kalah bila dibanding dengan pantai-pantai dipesisir Selatan dan Timur Bali. Sebut saja Goa Gajah, Puri Saraswati, Istana Ubud, Museum Blanco dan beragam destinasi yang terlalu panjang untuk disebutkan. Namun, sudah pernahkah menikmati destinasi sekaligus berinteraksi layaknya penduduk lokal tanpa ada batasan dan dinding hotel sebagai pemisah.
Menikmati Ubud Dari Sisi Lain
Selain destinasinya, kadang melakukan hal-hal kecil seperti memasak makanan khas Bali, belajar tari Pendet dan beraktivitas bersama masyarakat Ubud membuat memori tersebut tertanam kuat dalam diri. Bisa dibilang inilah aktivitas anti mainstream yang dapat dilakukan di Ubud.
Percayalah, aktivitas anti mainstream ini akan berujung pada kepuasan yang selama ini dicari-cari. Bahkan, tanpa sadar akan teralin ikatan batin antara penduduk lokal dengan wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegeri.
Booking Ubud ‘Local’ Homestay
Selama beberapa kali ke Bali, mungkin bisa dihitung dengan jari berapa kali saya menginap dihomestay. Bukan merasa tak nyaman atau anti dengan homestay, namun karena beberapa kali yang muncul dalam mesin pencarian didominasi oleh website booking online yang mendaratkan pilihan hotel-hotel berbintang. Karena terbiasa inilah, akhirnya tak satupun homestay termemori dibenak saya.
Namun, satu hal membuat semuanya berubah. Berawal dari sebuah percakapan kemudian ajakan, berakhir di sebuah homestay di Ubud.
Kesan pertama Homestay menurut saya adalah sesuatu yang kurang terorganisir secara manajemen. Namun, kesan itu sirna begitu saya tahu bahwa Homestay di Ubud memiliki website yang secara khusus menerima pesanan dan melihat secara visual homestay tersebut.
Masalah kedua adalah fasilitas. Yup, anggapan saya, homestay kurang memiliki fasilitas layaknya hotel berbintang, namun siapa sangka homestay memiliki televisi, ruangan AC, WIFI, peralatan mandi, dan semua fasilitas yang bisa didapatkan dihotel berbintang 2 keatas.
Masalah ketiga adalah lingkungan. Homestay lebih menawarkan lingkungan tenang dengan keramahan penduduk Ubud sebagai sebuah keuntungan yang tak dapat disediakan hotel manapun.
Masalah keempat adalah Harga. Harga hotel adalah fixed price yang tidak dapat diubah tetapi malah cenderung naik. Namun, homestay menawarkan kemudahan seperti tawar menawar harga dan cenderung murah.
Tebasaya Homestay
Begitu saya sampai, disebuah gang sempit, saya hanya bisa menduga-duga, apakah betul ini jalan menuju Tebasaya Homestay. Namun setelah memasuki pintu gerbang, dugaan saya mendadak berubah menjadi raut bahagia. Ternyata homestaynya memang masuk gang sempit, namun bangunan dua lantai dengan luas kamar yang cukup besar besar.
Memasuki kamar, segala perlengkapan mandi, AC, Televisi, WIFI dan segala rupa yang dibutuhkan termasuk air minum pun tersedia dan tertata apik. Saya cukup terkesandengan homestay ini. Bangunan bergaya Bali sangat terasa apalagi homestay ini dikelilingi oleh perumahan warga yang menampilkan suasana Bali.
Berbeda dengan Tebasaya Homestay, Jati lebih menampilkan sisi klasik dengan dinding yang terbuat dari bambu.
Fasilitas pun tak diragukan lagi, sesuai dengan standar hotel, homestay ini menawarkan faslitas yang sama.
So, kapan kamu ke Ubud dan menginap di Homestay untuk merasakan keeratan emosional dengan penduduk lokal.
wiih, boleh ini
"Sunyi bukan dalam arti sepi, tapi tempat mendekatkan diri dengan alam. Sunyi bukan mati, melainkan melampui hidup dan dekat dengan Yang Maha Kuasa."
kata-katanya Keren…kapan ke ubud ?? Mmm, klo udah punya penghasilan sndiri mas 😀
Penggambaran suasana lengkap banget, cuma kurang foto2 nih.. Heheh
Seru juga nih kayaknya tinggal di homestay
Mas Salman nginep di kedua homestay? Wow jadi pingin ke Ubud juga 😀
artikel yang keren, deskriptif enak bacanya #likethis
Nanti kalau ke Ubed lagi saya mau coba nginep di home stay. Tampaknya menarik berinteraksi dengan penduduk lokal. Dengan cara seperti ini kita pun mudah mendapat berbagai informasi yang diperlukan Selama perjalanan di Ubud. Nanti mau minta kontaknya, Man
Semoga saya diberi kesempatan untuk menikmati indahnya alam di Ubud.
Mantap lokasinya keren… Cocok nih buat waktu menyendiri yang lagi galau….
kayaknya ini akan jadi bahan refrensi penginapan pas liburan di PKB 2017
suasanya enak nih … dilingkungan alam
Memang sensasi di bali tidak ada habisnya.
wahh suasana yang tenang dan sejuk.. burung berkicau kesana kemari.., tempat idaman bagi orang–orang yang lagi cari ketenagan hati..hehe..