Kalimantan, hutan yang luas dan merupakan paru-paru Indonesia bahkan Dunia. Kekayaan alam flora dan fauna bahkan keanekaragaman hayati di pulau ini patut dibanggakan oleh siapapun termasuk penduduk di pualu terluas di Indonesia ini. Namun, karena penebangan hutan yang sangat masiv sehingga merusak ekosistem yang telah dibangun puluhan hingga ratusan tahun lalu. Tak hanya Kalimantan, namun pulau-pulau lain pun merasakan hal yang sama, hutan-hutan ditebang untuk pembangunan dan perluasan lahan.
Pulau terbesar ketiga di Dunia ini sangat luas dan memiliki 10-15 ribu jenis tanaman. Namun, Dengan deforestasi yang makin menggila, tentu saja keanekaragaman jenis tanaman pun terancam. Jenis-jenis tumbuhan yang semula sangat beragam, dengan penebangan hutan ini pun makin membuat kelangkaan dan punahnya jenis tanaman langka yang selama ini tak dibudidayakan oleh masyarakat dan pemerintah.
Mohammad Hanif Wicaksono pun terusik dengan kerusakaan alam yang masiv ini. Mulanya Hanif meruapakan penyuluh Keluarga Berencana yang berasal dari Blitar, Jawa Timur. Rupanya Hanif pun merasa terpanggil untuk ikut melestarikan tanaman-tanaman yang sangat ini sangat langka dan akan segera punah.
Tunas Meratus Penyelamat Tanaman Buah Langka
Mohammad Hanif Wiacksono ini berasal dari Blitar, namun pada tahun 2011 memutuskan untuk pindah ke Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Kemudian ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil di BKKBN Balangan. Rupanya perpindahan ke Kalimantan Selatan inilah yang menjadi titik balik perjalanan Hanif.
Hanif yang bekerja sebagai penyuluh Keluarga Berencana malah tertarik dengan tanaman-tanaman langka yang ada di lingkungan sekitar dan hutan. Tanaman-tanaman buah tersebut tidak pernah ditemui sebelumnya di pulau Jawa, sehingga menarik rasa penasaran Hanif untuk memperlajari sekaligus membudidayakannya.
Pada tahun 2012, Hanif mendirikan Tunas Meratus Nursery. Sebuah wadah untuk melakukan pembudidayaan terhadap tanaman-tanaman buah lokal Kalimantan. Tak hanya menanamnya saja, namun juga membudidayakan tanaman-tanaman langka yang sulit didapatkan dan dikembangbiakan sehingga menjadi yang mudah didapatkan disekitar lingkungan tempat tinggal Hanif.
Hanif rela keluar masuk hutan untuk menemukan bibit tanaman endemik yang jarang terekspos atau bahkan tidak dikenal oleh masyarakat karena sangat jarang ditemukan di lingkungan sekitar.
Total, Hanif berhasil menemukan 160 jenis bibit tanaman buah langka di Kalimantan.Berbagai buah-buahan yang berhasil ditanam Hanif di Pembibitan Tunas Meratus antara lain Silulung, Landur, Kumbayau, Gitaan dan Kulidang.Bibit tanaman yang berhasil ditanam Hanif tidak hanya ditanam secara mandiri di persemaian Tunas Meratus, namun juga didistribusikan ke berbagai kebun raya untuk dilestarikan.
Mohammad Hanif memiliki komitmen yang tinggi untuk melestarikan berbagai macam tanaman endemik yang ada di Kalimantan Selatan, walaupun bukan asli Kalimantan, namun panggilan jiwa ini memang sangat tepat dan bahkan membuat warga sekitar pun ikut tergerak untuk turut serta dengan gerakan yang dilakukan.
Dengan kegigihannya ini, Hanif saat ini telah memberikan harapan baru bagi keanekaragaman hayati khususnya di Kalimantan Selatan, yang merupakan wilayah krusial dan memelikimperan penting bagi masyarakat di Kalimantan khsusunya dan Indonesia bahkan dunia.
Penghargaan Dari SATU Indonesia Award 2018
Dengan gerakan dan keraj keras yang dilakukan oleh Mohammad Hanif Wicaksono ini, berhasil mendapatkan penghargaan dan apresiasi dari SATU Indonesia Award tahun 2018 dalam kategori Lingkungan karena telah membudidayakan tanaman buah langka asal Kalimantan yang terancam punah jika tidak dibudidayakan oleh Hanif.
Penghargaan ini pun merupakan langkah awal dari Hanif untuk mendapatkan beragam penghargaan dari instasi lain seperti yaitu Kalpataru 2019 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk kategori pengabdi lingkungan.