Bali Nusa Tenggara Indonesia

Kala Senja Mempertemukan Rama Dan Shinta Di Pulau Dewata

Bukankah Rama dan Shinta bertemu di hutan Dandaka setelah Dewi Kakayi mengusir kedunya dari Kerajaan Ayodya? Peristiwa Rama dan Shinta sesungguhnya memang terjadi di tanah Ayodya, namun di Pulau Dewata inilah, saya dapat melihat keabadian cinta keduanya di bawah senja yang memerah di Uluwatu
Saya lebih mengenal pertunjukan ini dengan nama Tari Kecak. Konon, tari ini sangat disakralkan dan dipentasakan di tempat ibadah dan pura saja. Tari sakral itu bernama Tari Sahyang. Adalah Wayan Limbak yang memberikan nama Kecak yang berasal dari bunyi suara laki-laki yang meneriak cak-cak dalam setiap adegan tarian. Satu hal yang membuat Tari Kecak dikenal seperti saat ini, yaitu perubahan cerita dari tari sahyang menjadi cerita ramayana.

Desember tahun lalu, Saya pertama kali menonton pertunjukan ini. Kalau bukan ajakan beberapa kawan yang sedang berlibur bersama, mungkin saja saya tidak akan pernah merasakan sebuah pertunjukan luar biasa di Bali ini. Harga seratus ribu rupiah bukan harga yang murah untuk menonton pertunjukan tari, namun batin saya tetap menyatakan bahwa apa salahnya menikmati pertunjukan kelas Dunia yang jarang di temui di tempat manapun.

Beberapa wisatawan asing nampak membeli tiket. Tidak hanya satu, dua atau tiga namun berpuluh-puluh orang. Lihat saja orang asing pun antusias melihat kebudayaan asli negeri kita, namun saya malah mengeluh dengan mahalnya tiket masuk ini. Pada saat itulah, rasa malu berubah menjadi keinginan lebih mengenal kisah cinta yang abadi antara Rama dan Shinta.

Senyum kecil tergambar di wajah saya ketika senja mulai memerah dan pertunjukan Tari Kecak di mulai.

Kisah Ramayana 

Seorang pria paruh baya membakar kemeyan dan mengucapkan mantra-mantra pengantar doa sebelum pertunjukan dimulai. Dengan tangan kanan ia mengangkat dupa yang telah menyebar semerbak baunya ke bangku penonton. Memang tidak begitu tercium jelas baunya, namun sudah cukup untuk membuktikan bahwa dupa itu memang wangi.

Puluhan pria berusia muda hingga paruh baya kemudian masuk ke tengah pertunjukan. Di samping kuping kana setiap orang terdapat bunga berwarna merah. Sementara celana hitam dengan balutan kain hitam putihlah yang mereka kenakan saat itu. Dengan lantang mereka mengucapkan Cak-cak secara terus menerus dengan ritme dan tarikan nafas yang sama. Sementara salah seorang diantar mereka mengucapkan dialog dalam bahasa Bali.

Saya terpesona dengan adegan awal pertunjukan tari kecak tersebut. Dengan irama kecak yang sama dan tanpa irisan alat musik, Kecak menyuguhkan keunikan tersendiri. Bukan hanya saya saja yang terpukau, namun kawan-kawan dan seluruh penonton yang menyaksikannya.

Beberapa menit kemudian, Rama dan Shinta muncul dari balik gapura yang dihiasi oleh penjor, janur kuning dengan payung bermotif hitam putih. Pasangan ini tengah bersenda gurau di tengah hutan Dandaka. Tiba-tiba dari arah yang berlawanan seekor Kijang berwarna emas menarik perhatian Shinta. Kijang ini jelmaan dari utusan Rahwana. Karena tertarik dengan kijang, Shinta meminta Rama menangkap kijang tersebut. Rama kemudian mengambil busur panah dan memburunya.

Laksama, saudara kandung Rama kemudian menyusul Rama dan meninggalkan Shinta seorang diri. Sebelum pergi, Laksama sempat membuat lingkaran yang mengamankan Shinta dari niat jahat siapapun. Dalam kesendiriannya, Shinta didatangi oleh seorang pendeta. Pendeta meminta air karena kehausan. Shinta yang kasihan melihat pendeta jelmaan Rahwana. Kesaktian Rahwana pun dapat mematahkan lingkaran tersebut. Ditengah keadaan tersebut, seekor burung Garuda berusaha menyelamatkan Shinta, namun sayang Rahwana berhasil mengalahkan Garuda dan menculik Shinta.

Hanoman kemudian muncul di Alengka dengan tujuan menyelamatkan Shinta. Tidak begitu saja percaya pada Hanoman, Shinta mengira kera putih tersebut seperti pendeta yang telah menjebaknya. Shinta akhirnya menyadari bahwa Hanoman adalah kera baik yang ingin menolong dirinya. Sebuah bunga diberikan Shinta kepada Hanoman agar disampaikan kepada Rama.

Di tengah perjalanan, Hanoman dihadang oleh anak Rahwana. Tak banyak perlawanan yang diberikan oleh Hanoman sehingga tertangkap dan dipenjara. Untuk memusnahkan Hanoman, akhirnya seluruh badan dibakar dengan api yang membara. Bukannya hangus terbakar oleh api, Hanoman malah memainkan api tersebut dan lolos dari cengkraman Rahwana serta memporak porandakan seluruh Alengka Pura.

Dengan bala tentaranya, Rama dan Laksmana menyelamatakan Shinta dari Alengka. Pertempuran besar akhirnya tak dapat dihindari. Rama berhadapan langsung dengan Rahwana sedangkan anak Rahwana, Magananda bertarung melawan raja kera Sugriwa. Dalam pertempuran ini, Rama akhirnya berhasil menang dari Rahwana dan membawa Shinta kembali.

Nilai-Nilai Indonesia

Dari kisah cinta Rama dan Shinta serta Hanoman banyak sekali nilai-nilai positi yang dapat diambil. Mahakarya Indonesia dalam bentuk Tari Kecak ini memiliki 4 pilar Jiwa Indonesia.

Kegigihan 

Kegigihan Rama dalam menyelamatkan Shinta dari perangkap Rahwana.

Keteguhan 

Keteguhan hati Hanoman yang ingin menolong Shinta dari jeratan Rahwana.

Kesabaran 

Shinta memiliki kesabaran pada saat terperangkap dalam jeratan Rahwana.

Gotong-Royong

Nilai gotong royong dapat diambil dari bahu membahunya Rama, Laksama, Hanoman, Sugriwa dan Pasukan Kera dalam menumpas musuh atau pasukan kerajaan Alengka Pura.

Senja kemudian berubah menjadi gelap sempurna digantikan cahaya bulan dan bintang. Dari Uluwatu, saya mencoba meresapi kembali sebuah pembelajaran dari tari Kecak sebagai kebagangaan bagi negeri kita sendiri. Kalau bukan kita yang bangga dengan budaya kita sendiri, lalu siapa lagi?

Anda mungkin juga suka...

12 Komentar

  1. Rama shinta aja akhirnya ketemu, trus kamu kapan ketemu jodoh nya ??? #melipir

  2. Ahahahaha aku ikut nimbrung di kak Cumi aja deh :)))))

  3. seru ya lihat pemantasannya apalagi ada adegan apinya

  4. Anonim says:

    Mengesankan sekali, nonton tari kecak berlatar belakang langit senja..

  5. Keren pertunjukkannya. Ditambah lokasi yang sangat mendukung makin membuat tari ini magis.

  6. Aku paling suka pertunjukan kecak yang ada disini, keren, sepanjang adegan merinding.

  7. Jadi, udah berapa kali nonton Tari Kecak, Man? Nonton lagi mau gak? Hihihihi

  8. nonton ini trakhir kali udh lama bgt, ama suami.. dan suka.. 1-1 nya tarian yg ga bikin aku bosen samasekali :D.. apalagi tempatnya itu loh, luar biasa ya.. bisa liat sunset juga… kangen bgt bnran pgn ksana lagi

  9. Pertunjukan yang sangat menarik, beruntung bisa menyaksikannya langsung dan saya beruntung main kesini dan membaca ulasannya dengan foto yg sangat bagus mewakili tontonan yg diceritakan.

  10. yg aku suka dari jalan cerita ini adalah diselingi lawakan khas Bali. hehe.
    aku mau bikin tulisan tentang tarian2 bali kok belum selesai2 yaa. nyontek blog ini boleh ya buat referensi. wkwk.
    oh y salam kenal ya Mas! Kaya pengalaman dan catatan perjalanan nih blognya. suka

  11. di balik sebuah tarian selalu ada cerita dan maknanya..

  12. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *