“Lali.”
Lupa. Melupakan. Tidak Ingat.
“Lali Gadget.”
Melupakan Gawai.
Namun, di saat semua orang berlomba-lomba melakukan inovasi melalui smartphone, namun tidak dengan Desa Pagerngumbuk, Kecamatan, Wonoayu, Kecamatan Sidoarjo, Jawa Timur. Di Kampung ini, Gadget justru dilupakan begitu saja. Loh, kenapa bisa gadget dilupakan begitu saja? Padahal semua orang tidak bisa hidup tanpa adanya perangkat canggih yang bisa tahu segalanya.
Memang gadget memiliki keunggulan, namun ternyata kecanduan menggunakannya pun mempengaruhi perkembangan psikologi terutama pada anak. Kecemasan inilah yang membuat Achmad Irfandi membuat Kampung Lali Gadget. Sejak April 2018, Irfandi aktif mengadakan banyak kegiatan yang mengalihkan perhatian anak-anak yang kecanduan pada gadget. Gadget itu seperti pisau yang bisa bermanfaat juga bisa sebaliknya, apalagi saat ini anak-anak dimanjakan dengan beragam aplikasi permainan online.
Lupa waktu, lupa belajar, dan yang paling meresahkan adalah lupa permainan tradisional yang dahulu sering dimainkan oleh generasi sebelumnya. Jangankan untuk memainkannya, untuk mengenal jenis dan namanya saja, anak-anak ini sangat kesulitan. Beruntung, Irfandi mulai memperkenalkan kembali permainan tradisional yang tergerus oleh zaman.
Perjuangan Mendirikan Kampung Lali Gadget
Pada saat mendirikan Kampung Lali Gadget, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Karena lokasi yang sulit dijangkau, dan akses jalan yang masih belum beraspal membuat anak-anak enggan untuk sekedar mampir. Perjuangan Irfandi pun harus dilalui dengan mengundang perwakilan sekolah yang berada disekitar Kampung Lali Gadget untuk datang ke tempat semi terbuka yang berada di tengah persawahan. Beruntung dan perlahan namun pasti, akhirnya anak-anak pun mulai tertarik dengan permainan tradisional yang ditawarkan.
Tak hanya mengalami kesulitan dalam mengundang anak-anak, namun Irfandi pun mengalami masalah dalam pendanaan terutama untuk operasional dan pengadaan permainan tradisional serta kebutuhan lainnya. Apalagi tujuan utama Kampung Lali Gadget ini adalah mewadahi anak-anak bermain dan mengenal permainan tradisional secara gratis.
Lestarikan Permainan Tradisional untuk Anak
Anak-anak tertawa riang di pekarangan yang luas. Bagi generasi 90an, permainan egrang mungkin sangat familiar, namun setelah beberapa puluh tahun kemudian, ternyata anak-anak belum pernah sama sekali tidak tahu cara memainkannya, dan yang paling mencengangkan mereka bahkan tidak tahu bentuknya seperti apa.
Selain egrang, ternyata anak-anak pun dikenalkan bagaimana cara budidaya ikan lele. Ikan lele itu dimasukan ke dalam kolam berukuran 3×2 meter. Anak-anak pun belajar mengangkap ikan dan dimasukan kedalam wadah untuk dijual. Ternyata untuk mengajari anak-anak berwirausaha sejak dini ini sangatlah mudah, dengan cara praktek secara langsung seperti budidaya ikan lele ini.
“Asyik banget, lebih asyik dari bermain HP,” salah satu anak pun mengakui jika bermain banyak permainan ini membuat smartphone pun tidak semenyenangkan sebelumnya.
Sekitar 200 anak ikut bermain di alam lepas bersama dengan relawan di Kampung Lali Gadget. Selain budidaya ikan lele dan bermain egrang, dikenalkan pula Puzzle Pancasila untuk menumbuhkan kecintaan terhadap Negara Indonesia, selain itu terdapat banyak permainan tradisional lain dan tentu saja perpustakaan yang berada di Pendopo.
Tak hanya sekedar permainan, dalam acara kerativitas budaya misalnya disuguhkan penampilan dalang cilik, mendongeng, hingga hiburan seperti menyanyi dan tarian anak-anak. Hal ini, tentu saja menambah insight yang bagus bagi anak-anak untuk menambah keterampilan baik motorik, kreativitas dan menumbuhkan kecintaan terhadap budaya Indonesia tentunya.
Selain itu, ternyata orang tua pun dipertemukan dalam sebuah diskusi parenting, dan tentu saja ini sangat penting untuk mengurangi ketergantungan anak-anak terhadap gadget, terutama pada saat tidak di Kampung Lali Gadget. Perlu sebuah keberanian dan gebrakan dalam membuat anak-anak melepaskan gadget dan bermain bersama teman-teman sebaya mereka.
Kerja Keras berbuah Penghargaan SATU Indonesia Award
Kampung Lali Gadget semakin dikenal luas oleh masyarakat. Dengan manfaat yang dirasakan oleh anak-anak membuahkan hasil pada saat menjadi salah satu Pemenang SATU Indonesia Award dalam kategori Pendidikan.
Aktivitas yang digelar di program ini mengajarkan edukasi budaya, kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa, permainan tradisional. Selain mengurangi kecanduan gawai, program ini juga membantu mengedukasi anak-anak tentang budaya dan kearifan lokal. Irfandi berharap program bisa berkembang dan menjadi desa wisata atau desa jujugan orang tua yang ingin berwisata edukasi dan menyembuhkan kecanduan gawai pada anaknya. Tim KLG berharap isu kecanduan gawai bisa diangkat secara nasional dan menjadi keprihatinan bersama sehingga setiap orang berusaha mengurangi dampak dari hal tersebut.
Semoga kedepannya, bisa muncul Irfandi-Ifrandi lain, yang mampu memberikan inovasi dan solusi dari beragam masalah yang ada di sekitar kita. Amin.