Uncategorized

Menyusuri Lorong Waktu Jawa Kuno Di Museum Ullen Sentalu

Di lereng Gunung Merapi yang terkenal dengan wedus gembel saat mengeluarkan lava panasnya, terdapat satu harta karun. Bukan karena kekayaan atau berlian emas semata, namun lebih berharga untuk dikenalkan pada anak cucu kita nanti, supaya mereka bangga akan salah satu identitas budaya yang memgalir dalam darah kita. Ullen Sentalu, satu kawasan seluas hampir dua hektare dan menyimpan seluruh identitas Mataram kuno atau lahirnya budaya Jawa yang melahirkan Solo dan Yogyakarta sebagai dua kerajaan Jawa yang tersohor.

Trip Advisory menempatkan Museum Ullen Sentalu sebagai museum terbaik dan harus di kunjungi pada saat mengunjungi Yogyakarta. Beruntung, airport.id dalam Explore Indonesia Jogja 2016 memasukan museum ini dalam listnya. Sebagai orang yang lahir dan besar bersama budaya Jawa, tentunya tempat ini mengingatkan memori masa lampau. Dahulu, di sekolah secara tak langsung, saya mengenal dan belajar bahasa serta budaya Jawa, namun sejalan dengan waktu, hanya sebagai kecil yang masih melekat di ingatan. Dan mengujungi museum ini, mengusik saya untuk lebih mendalami lagi sejarah dan kejayaan kerajaan Jawa tempo dulu.

Tempat Menyepi Dan Mendekatkan Diri Dengan Alam

Masa lampau, begitu masuk ke bangunan kedua setelah bangunan utama penyambut tamu, sangat terasa sekali. Gaya bangunan indies dengan mengacu arsitektur Eropa yang cenderung kokoh dan berkelas. Pepohonan menghias disekitar bangunan membuat museum ini terasa seperti rumah surga atau nDalem Kaswargan. Seperti labirin, kaki-kaki kami melangkah melewati sekat-sekat bangunan demi bangunan hingga akhirnya disajikan peninggalan budaya Jawa. Raut wajah kami yang semula lelah berubah menjadi serius mendengarkan guide kami menceritkan dibalik lukisan dan benda peninggalan seperti batik, keris dan beragam lainnya.

Baru kali ini saya merasakan aura museum yang sangat menarik dan misterius. Bahkan, tempat ini sangat cocok untuk menyembuhkan luka-luka hati karena kegalauan dan menemukan kebahagian dengan bersemedi. Pecinta yoga pun tak akan melewatkan lokasi seperti ini untuk bermeditasi dan melakukan yoga bersama teman-teman. Hawa sejuk pun turut mendukung tempat dengan luas sekitar hampir 2 hektare ini.

Tentu saja, museum ini menjadi favorite karena lokasinya yang menyatu sekali dengan alam dan akan menjadi tempat pelarian dari rutinitas yang sangat ampuh.

Lorong Waktu Jawa Kuno

 

Sebelum memasuki Labirin dan berakhir di gedung bergaya indies, sebuah gedung utama menyambut kami. Untuk semetara tidak ada yang istimewa karena hanya menyajikan kebudayaan seni topeng Jawa dan beberapa bongkahan peninggalan dari Candi di sekitar Yogyakarta. Namun, begitu masuk kedalam lorong, suasana berubah drastis.

“Tidak boleh mengambil gambar atau merekam dengan alat apapun,” Mba pemandu kemudian melarang kami mengabadikan koleksi Museum.

Mba pemandu secara tegas melarang kami mengambil gambar atau merekam suara. Selain menganggu konsentrasi pemandu dalam menjelaskan, flash dari kamera tentunya akan merusak keaslian koleksi dan ada kepercayaan bahwa setiap koleksi memiliki nyawanya sendiri. Antara nyata dan khayalan, kami dibawa menyusuti lorong waktu menuju masa-masa kejayaan Jawa kuno.

Tidak adanya aktivitas lain membuat kami mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh Mba Pemandu. Bahkan, menariknya kami menjadi sangat antusias dan menanyakan hal-hal menarik saat melihat beberapa lukisan Raja, Ratu, Putri atau Pangeran beberapa kerajaan Yogyakarta dan Solo. Saya memang belajar sejarah dari buku di bangku sekolah, namun belum pernah begitu tertarik dengan cerita yang disampaikan Mba Pamandu.

Vorstenlanden, begitulah julukan kawasan yang berada dibawah otoritas Dinasti Matarm Islam yaitu Kasunan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran dan Kadipaten Pakualam. Dahulu sebelum Perang Diponegoro, kawasan Vorstenlanden mencakup wilayah Gunung Slamet sampai ke Gunung Kelud, namun setelah perang terjadi, wilayahnya semakin menciut dan hanya menyisakan wilayah Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta sekarang ini.

Dan yang paling terkenal dari sejarah Jawa Kuno adalah perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang membagi Dinasti Mataram menjadi dua bagian yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Momentum inilah yang membuat Mataram tidak memiliki kekuasaan yang tunggal dan terpecah belah. Semenjak Giyanti, Mataram tidak memiliki wewenang yang strategis dan cenderung lemah.

Meninggalkan bayang-bayang kejayaan Mataram, lorong lain pun menanti dengan cerita yang lain. Kali ini, koleksi batik dan pakaian adat terpampang nyata dihadapan kami. Kain batik yang sering kami gunakan ternyata memiliki makna yang berbeda. Parang melambangkan senjata yang siap untuk berperang. Kain batik lainnya pun memiliki makna kesucian dan keanggunan yang biasa digunakan dalam adat pernikahan. Selama ini, saya hanya mengenakan saja baju batik tanpa tahu arti dan makna yang terkandung didalam motifnya.

Gusti Nurul Dan Julia Perez 

Salah satu yang paling menarik dalam lorong selanjutnya adalah ruang Gusti Nurul. Gusti Nurul merupakan putri tunggal dari Kanjeng Gusti Pangeran Mangkunegoro VII dengan permaisurinya, Gusti Kanjeng Ratu Timoer. Gusti Nurul muda sangatlah mirip dengan artis Indonesia, Julia Perez. Paras mereka sangatlah mirip dengan struktur dan karakter wajah yang hampir sama. Apakah mungkin Julia Perez adalah keturunan dari salah satu raja-raja Jawa ? Atau ini hanya kebetulan belaka? Hanya Tuhan yang dapat menjawab misteri ini.

Pagelaran Seni Budaya Di Ullen Sentalu

Selain menyajikan koleksi unik budaya Jawa, Ullen Sentalu pun mengelar pertunjukan seni dan budaya. Pada Oktober lalu, International Mask Festival telah sukses digelar di museum ini. Pagelaran ini menyajikan sajian tari-tarian topeng khas Jawa. Bukan hanya tarian, namun Magic Mask dan Masterpiece Mask pun turut memeriahkan acara tersebut.

Bagi yang belum mengunjungi Museum Ullen Sentalu ada baiknya untuk melihat videonya terlebih dahulu.

 

Terima kasih airport.id dan para sponsor yang telah menyelengarakan Explore Indonesia Jogja 2016.

 

 

Informasi Museum Ullen Sentalu

Alamat 

Jalan Boyong KM 25, Kaliurang Barat

Sleman, Yogyakarta

 

Telepon 

+62274 895161 

 

Website 

www.ullensentalu.com

 

Jam Buka

Selasa- Jumat : 08.30 – 16.00 WIB

Sabtu – Minggu : 08.30 – 17.00 WIB
Senin Tutup

 

Harga Tiket Masuk 

Pengunjung Domestik 

Dewasa : Rp 30.000
Anak (Usia 5-16) : Rp 15.000
 
Pengunjung Mancanegara
Dewasa : Rp 50.000
Anak (Usia 5-16) : Rp 30.000

Email 

ullensentalu@gmail.com

 

Social Media 

Facebook : Museum Ullen Sentalu

Twitter : @ullensentalu 

 

Petunjuk Jalan 

Sekitar dua kilometer setelah Gerbang Kaliurang tiba di pertigaan Patung Udang, silahkan mengambil jalan lurus ke Utara dan 500 meter kemudian akan tiba di pertigaan berikutnya, silahkan mengambil jalan kekanan dan 700 meter kemudian akan tiba di lokasi museum.

 

Maps 

 

 

Anda mungkin juga suka...

9 Komentar

  1. waduhh wajib ke sana kalau lagi di Jogja nih….nice inpoh bang,,,

  2. Makin penasaran deh dengan museum ini. Terutama dengan lorong tempat segala aktivitas dokumentasi dilarang–memang koleksinya apa saja? Dan apa ceritanya? Aturan ke Yogya lagi nih buat jalan khusus ke museum ini, hehe. Sepertinya banyak banget cerita yang bisa diakses dari museum ini. Relief-reliefnya, arca-arcanya yang unik, semua seolah bercerita. Memang sejarah itu arus yang paling rumit yang ada di dunia ini, karena berurusan soal waktu.

  3. Museum ulen sentalu itu museum yang paling unik yang pernah aku datengin.. selain konsepnya outdor udaranya juga sejuk .. pokoknya harus bgd kesini kalo ke jogja

  4. Wahhh.. boleh bw kamera masuk ya di museum ini?? soalnya katanya gak boleh motret di dalam ya?

  5. Aku blm kesampean kesini ihik ihik

  6. Asli sumpah detail banget informasinya 😀

  7. Tq infonya… Sgt membantu 👍😄😍

  8. Selain bisa nambah wawasan soal budaya dan sejarah Jawa, tempatnya juga adem. Kalo nggak salah ada restonya juga deh di dalam kompleks Museum ini, tapi aku lupa namanya… 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *