Beda Bali, Beda pula Solo. Sama-sama memiliki nuansa budaya yang kental namun berbeda karakteristik. Walau bagaimana pun, Bali ataupun Solo meninggalkan kesan tersendiri dan tidak bakalan terlupakan. Solo menjadi kota ke-lima setelah Pemalang, Yogyakarta, Semarang dan Lasem yang menjadi bagian dalam lebaran trip tahun ini.
Seumur hidup baru kali ini saya singgah di Solo, padahal kota kelahiran, Pemalang terbilang cukup dekat dengan kota yang memiliki dua Keraton, yaitu Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Sebetulnya bisa dibilang terlambat untuk warga Jawa Tengah untuk mengunjungi Solo ini, namun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. And, lets find out about Solo.
Semarang – Solo
Klenteng Sam Poo Kong – Salah Satu Ikon Di Semarang |
Dari Semarang perjalanan ke Solo dapat ditempuh sekitar 2-3 Jam mengunakan armada travel. Kali ini saya mengunakan Joglosemar, sebuah travel yang melayani rute Semarang, Solo dan Yogyakarta atau sekitar Jawa Tengah dan DIY. Selain Joglosemar terdapat travel lain seperti Cipaganti, X-trans dan lainnya. Harga tiket travel sebesar Rp 75.000 dan mendapatkan snack dan air minum kemasan.
Kecemasan sempat terlihat di wajah saya karena saya belum pernah sama sekali singgah di Solo. Namun, setelah menanyakan kepada customer service mengenai tujuan saya, saya sedikit tenang.
“Nanti lewat The Sunan Hotel Solo Mba?”
“Mas bisa turun di Solo Square. Dari situ sudah dekat sekali Mas.”
Masuk ke dalam armada, kemudian sang supir memberikan snack dan air minum. Cuaca yang sedikit panas membuat sweater yang pakai terkena keringat. Kemudian saya lepaskan sweater tersebut sementara armada travel terus melintasi jalan menuju ke Solo.
Diluar dugaan saya, arus kendaraan menuju Solo cukup padat, padahal puncak arus mudik sepertinya sudah terlewati di hari minggu kemaren. Lagu di earphone cukup efektif menghentikan pikiran tentang macet dan berubah menjadi satu hiburan tersendiri.
Setelah sampai di Solo, saya agak ragu untuk berhenti di Solo Square karena jalurnya cukup padat dan tidak ada ruang armada travel untuk berhenti. Akhirnya saya berhenti setelah stasiun Purwosari, cukup dekat dengan The Sunan Hotel Solo.
Welcome To The Sunan Hotel Solo
Becak yang mengantar saya berhenti sempurna di The Sunan Hotel Solo. Saya membayar becak tersebut saya bergegas masuk ke dalam parkiran. Saya cukup terpesona dengan besar dan luasnya The Sunan Hotel. Saya sempat berjalan menuju ke arah yang berlawanan dengan lobi utama untuk mengambil beberapa gambar yang menarik dan hasilnya saya mendapatkan foto taman yang indah.
Sebagai penikmat taman dan bunga, area parkiran dan taman depan Hotel menjadi sesuatu yang magis sehingga mengharuskan saya untuk berlama-lama di sini dan mengabadikan beberapa gambar agar semua orang tahu bertapa indahnya taman ini. Meski hanya taman kecil namun cukup untuk mengusir penat setelah berlama-lama dalam kemacetan tadi.
Pada saat berjalan menuju Lobi Utama, saya sempat terhenti pada saat beberapa orang tengah berbenah mengeser-geser banyak kursi dan meja. Lalu ditambah beberapa orang yang tengah membersihkan lantai. Saya tersadar kalau The Sunan Hotel ini menyediakan paket pernikahan yang diadakan di Ball Room, selain pernikahan bisa juga untuk meeting, expo, konser musik dan masih banyak lainnya.
Let’s Go Check In
Setelah puas dengan area parkir dan sisi depan hotel, kemudian saya masuk ke dalam lobi. Di sambut dengan senyuman, saya langsung di arahkan menuju ke resepsionis. Dua orang fornt desk officer telah siap membantu saya. Tak membutuhkan waktu yang lama, saya diminta KTP dan tanda-tangan pada form dan beres, saya telah mendapatkan kunci kamar. Saya mendapatkan kamar di lantai 5.
Lobi Utama cukup besar dan luas. Di Lobi ini pula merupakan pintu utama menuju Sumaryo Grand Ballroom, Royal Expresso Coffe, Narendra (Breakfast Restaurant), Music Room, Gym & Spa dan beberapa pintu lain.
I’ve Got My Key |
Kunci kamar telah berada di tangan sejak tadi, namun rasanya ingin berputar-putar keliling Hotel dan mencari spot menarik. Tak terasa baju telah basah oleh keringat. Untuk alasan ini, rasanya saya harus bergegas menuju kamar dan mandi agar bersih dan segar.
Lift terdapat di sisi sebelah kiri dari Lobi Utama. Dari Lift sebetulnya terdapat beberapa restoran, mini shop dan penjual pernak-pernik, namun karena pintu lift telah terbuka saya segera masuk dan menuju lantai 5.
Suasana tampak sepi tapi kemudian terdapat beberapa orang yang lewat menuju lift dan berpapasan dengan saya. Mungkin sekitar empat atau lima orang dan kira-kira usia SMA atau Mahasiswa. Pandangan saya sempat terpaku dua buah kursi yang disediakan di depan lift, cukup unik dengan telepon serta papan penunjuk kamar yang sangat vintage. Ok, saatnya menuju ke kamar dan beristirahat.
The Room
“Sungeng Rawuh”, saya seperti di sambut dengan ucapan selamat datang dalam bahasa Jawa oleh suara batin saya sendiri. Saya terlahir di tanah Jawa dari percampuran darah Jawa dan Betawi sehingga sangat familiar dengan kata-kata tersebut. Dan lucunya, saya kini merantau di tanah Batavia atau Betawi, asal keluarga Almarhumah Mamah saya.
Ukuran 28 meter persegi bagi saya cukuplah luas ditambah dengan Bed dengan ukuran yang pas bagi pejalan yang berpergian seorang diri seperti saya. Cukuplah untuk sekedar bersantai. Saat meletakan tas backpack berwarna hitam, mata saya sedikit berkedip melihat sumber cahaya dari arah jendela yang cukup luas. Sepertinya cahaya ini menarik saya untuk melihat ada apa gerangan di luar sana. Surprise, ternyata kamar ini menghadap langsung ke kolam renang.
Binar surya masih malu-malu diatas awan sana. Setelah terik pada siang, ternyata sore ini sinar surya tidaklah seganas beberapa jam sebelumnya. Nampak beberapa orang tengah bersantai dan menikmati sore dengan berenang. Sementara saya cukup puas berenang dalam pikiran saya saja.
Sebelum mandi sore, sepertinya saya lebih memilih menganti sepatu dengan sandal hotel agar lebih santai. Dan sialnya, saya malah menunda mandi, alasannya saya ingin membaca terlebih dahulu. Padahal keringat yang tadinya mengucur deras cukup tertahan dengan sejuknya pendingin udara. Cukup ampuh melawan keringat dengan dinginya AC kamar.
Seorang pernah mengatakan bahwa membaca buku adalah jendela ilmu. Memang benar bahwa buku menambah wawasan, namun bagi saya, buku adalah kunci menulis. Saat saya jenuh dan tidak dapat menuliskan kata-kata dalam blog, saya akan kembali membaca buku atau majalah.
Sudah baca www.bluepackerid.com juga belum? |
Kebetulan saya membawa buku “The Journeys” yang di tulis oleh 12 penulis yang memang hobi jalan-jalan seperti Adhitya Mulya, Raditya Dika, Windy Ariestanty dan lainnya. Cukup seru membaca buku satu ini karena setiap penulis memiliki kisah masing-masing.
Setelah baca buku sebentar, nampaknya saya harus mandi karena teman traveling yang ada di Solo, Halim mengajak saya menonton Ketoprak di pelataran Pasar Triwindu. Saya sangat exicted sekali dengan ajakannya.
Bathtub dengan shower serta perlengkapan mandi yang cukup lengkap membuat saya cukup nyaman berada di kamar mandi. Ditambah lagi air yang dapat di set menurut selera kita, mau dingin tinggal geser ke arah kanan atau mau hangat atau bahkan panas cukup geser ke arah yang berlawanan.
Tak hanya shower gel dan shampoo tapi hotel menyediakan body lotion. Jadi setelah mandi tidak usah khawatir kulit kering atau pecah-pecah, cukup oleskan body lotion dan masalah tersebut hilang dengan sendirinya.
Sebelum meninggalkan kamar, saya sempat mengantungkan sweater di dalam lemari pakaian. Selain hanger, terdapat locker dengan kunci kombinasi untuk menaruh barang-barang berharga saat meninggalkan kamar. Kalau kamu was-was meninggalkan barang penting, lebih baik gunakan locker tersebut.
Nah, kini menikmati malam dengan menikmati pertunjukan rakyat yaitu Festival Ketoprak di Pasar Triwindu dekat dengan Ngarsopuro Night Street Market.
Narendra Restaurant
Saya terbangun ketika Mentari sudah berada di atas, sekitar jam 9 lebih. Rencana hari ini, saya ingin menjelajahi Keraton Kasunanan yang dekat dengan alun-alun kota Solo. Keraton Kasunanan sangat terbatas jam kunjungannya, hanya sampai jam 2 atau setengah 3 setiap harinya. Ini ke khawatiran saya, kalau saya sampai terlambat maka saya tidak bisa mengabadikan salah satu dari dua keraton di Solo ini.
Setelah mandi, saya langsung menuju Narendra Restaurant yang berada di Lobi Utama. Untuk sarapan, saya harus menyebutkan nomor kamar terlebih dahulu sebelum menikmati aneka makanan mulai dari tradisional dan khas Solo sampai menu-menu internasional.
Dihadapan saya terdapat tiga menu khas Solo, salah satunya Sego Liwet (“Nasi Liwet). Nasi Liwet memiliki sejarah panjang, dahulu untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW diadakan syukuran dengan Nasi Samin. Karena orang Jawa tidak bisa membuat Nasi tersebut, dibuatlah nasi yang mirip dengan Nasi Samin yaitu Nasi Liwet seperti sekarang ini.
Rupanya tak hanya pribumi saja yang menikmati Nasi Liwet melainkan para bangsawan seperti Pakubuwono IX pada tahun 1800 akhir pun memborong nasi untuk para penabuh gamelan di Keraton.
Nasi Liwet yummm |
Saat mengambil Nasi Liwet dengan komposisi nasi putih, suwiran ayam, sayur labu, telur ayam dan santan kental yang gurih, saya sudah dapat membayangkan bagaimana rasanya dilidah nanti. Pastinya kombinasi ini membuat sarapan pagi menjadi spesial.
Selain Nasi Liwet, saya tak lupa menyantap buah-buahan segar seperti semangka, pepaya dan melon. Selain buah-buahan segar, tersedia juga salad dengan campuran bermacam buah-buahan dan sayur. Diatas buah, terdapat puding dan agar-agar mengoda juga untuk dinikmati.
Swimming Pool, Fitness & Spa
Dihadapan Narendra, langit biru itu memanggil saya untuk keluar dan melihat suasana kolam renang pagi menjelang siang. Matahari cukup menyengat namun saya tak peduli, biarlah matahari puas membakar kulit tangan dan muka saya yang sudah mulai berubah gelap.
Kalau tidak ada jadwal mengunjungi keraton, pastinya saya akan langsung menceburkan diri ke dalam kolam meskipun sudah tidak ada orang yang berenang pada saat itu. Anggap saja saya berada di resor milik pribadi dan saya bisa bebas menentukan kapan waktu yang tepat untuk berenang.
Selain kolam renang, saya juga menyempatkan diri ke Ayudi Fitness & Spa. Sebenarnya pengen merasakan Spa dan sekedar berolahraga, namun waktu tak begitu banyak sehingga hanya mampir saja.
Untuk alat-alat olahraga yang berada di Fitness ini sangat lengkap mulai dari treadmill, sepeda, angkat beban dan macam-macam peralatan lainnya. Saat melihat-lihat, mata saya tertuju pada pengukur berat badan elektronik, saya tertarik mencoba mengukur berat badan saya. kebetulan terdapat Personal Trainer yang jaga dan membantu saya mengunakan alat tersebut. Ternyata bukan hanya berat badan yang dapat diketahui melainkan kadar lemak dan kolesterol pun dapat diketahui.
Dan sudah bisa ditebak, kadar lemak dan kolesterol saya dalam ambang batas yang mengkhawatirkan sehingga perlu olahraga dan mengkonsumsi makanan yang sehat dan menghindari goreng-gorengan.
Cukup banyak keistimewaan The Sunan Hotel Solo ini. Mungkin melalui tulisan ini, saya hanya dapat membagi sebagian kisah perjalanan saya pada saat di Solo. Semoga bermanfaat bagi pembaca saya dimana pun berada. Selama kaki ini tak lelah menjelajah, saya akan tetap berjalan kemana pun arah matahari bersinar.
Informasi Lengkap The Sunan Hotel Solo
Alamat
Jl. Ahmad Yani 40, Solo
Jawa Tengah
Nomor Telepon
+62271 – 731312
Email
jso@thesunanhotelsolo.com
Website
Social Media
Fanpage Facebook : The Sunan Hotel Solo
Twitter : @TheSunanHotel
Instagram : @thesunanhotel
Maps
Dari semarang deket ya, nanti deh kapan2 pas ke solo nginep di sana. Ada kolam renang juga ya
Hotel ini keren banget. Sarapannya lengkap banget ya. Aku betah nginep di sini 🙂
Waduh,Man, jadi tambah pengen ke Solo, nih. Sering mudik ke Jogja tapi sampai saat ini belum pernah menjelajah Solo. Pengen banget lihat kampung batik Laweyan, menjelajahi Pasar Klewer, sama nonton-nonton pertunjukan seni. Pokoknya Hotel The Sunan udah aku save nomornya buat nginap selama nanti di Solo.
kapan-kapan nyobain ah 😀
fasilitas di hotelnya lengkap ya..
hotelnya megah sekali ya, nyaman juga..
wah mantap ni.. salah satu hotel berbintang di solo