Seperti pada saat Bi Nang Un melihat Lasem sebagai Oase di Tanah Jawa beberapa abad silam, kita sepertinya Lasem perlahan mulai bangkit kembali setelah 2 tahun lebih diterpa badai pandemi yang mengakibatkan terdampaknya wisata dan kegiatan ekonomi warga sekitar. Oase yang dahulu tersohor dengan sebutan Tiongkok Kecil di Tanah Jawa ini perlahan-lahan mulai berdatangan kembali warga lokal yang ingin mengenang betapa berharganya warisan peninggalan masa lalu.
Jika dahulu, untuk mengabarkan pada orang lain di belahan bumi lainnya masoh menggunakan prasasti atau catatan perjalanan, maka kini social media, blog bahkan website pun sudah tersebar dimana-mana berkat manfaat internet yang tidak bisa dipungkiri.
Kisah Lasem, Oase Dari Tanah Jawa
Ketika Laksamana Cheng Ho memulai ekspedisi mengelilingi dunia dengan ribuan bala tentara, Bi Nang Un dari Negeri Campa terpesona dengan kesuburan pesisir utara pulau Jawa. Bi Nang Un menganggap bahwa Lasem inilah sebuah Oase di tanah Jawa yang sangat subur dan penduduknya yang sangat ramah. Setahun kemudian sekitar 1413 Masehi, Bi Nang Un dan keluarga serta penduduk negeri Campa akhirnya menetap di Lasem. Bukan hanya Bi Nang Un saja yang terpesona dengan keindahan sebuah wilayah kekuasaan dari Majapahit ini, melainkan orang-orang Tionghoa yang mendarat di sekitar hutan jati dekat dengan Sungai Babagan.
Pada abad ke-14 dan 15, Lasem merupakan salah satu tempat berkembangnya imigram asal Tiongkok selain Semarang dan Surabaya. Laksamana Cheng Ho, sebagai perwakilan dari Dinasti Ming menjadi salah satu perwakilan politik dengan Kerajaan Majapahit. Di Sungai Babagan Lasem, seluruh transaksi perdagangan dilakukan, lambat laut bermukimlah penduduk imigram asalah Tiongkok dan membangunan rumah pecinan dan tempat peribadahan seperti klenteng.
Klenteng yang masih berdiri di Lasem adalah Gie Yong Bio, Cu An Kiong dan Po An Bo. Di Gie Yong Bio adalah klenteng Istimewa yang dibangun untuk menghormati pahlawan Lasem yaitu Tan Kee Wie, Oey Ing Kiat dan Raden Panji Margono. Klenteng ini berdiri pada tahun 1780 setelah perang melawan VOC pada tahun 1742 dan 1750. Ketiga pahlawan ini secara bersama-sama melawan VOC dan mengangkat sumpah sebagai saudara angkat.
Raden Panji mungkin adalah satu-satunya Kongco pribumi. Kongco merupakan sebutan kakek buyut dan memiliki altar penyembahan di klenteng ini. Selain di Gie Yong Bio, Raden Panji memiliki altar pada klenteng Cu An Kiong.
Memasuki pintu gerbang yang didominasi warna khas merah, saya terkagum dengan tembok keramik yang dipenuhi dengan gambar-gambar. Gambar ini hampir semunya ditulis dengan aksara kanji bahasa Mandarin. Sedangkan gambar memperlihatkan adegan-adegan dari dewa-dewa yang dipuja. Meski altar atau tempat pemujaan tak sebesar klenteng lainnya, namun halaman depan cukup besar ditambah dengan altar bagian samping.
Gie Yong Bio terletak di gerbang pintu masuk Desa Babagan, populer sebagai kampung Batik. Tak lengkap rasanya, jika tak melihat batik Lasem lebih dekat. Belum lama kaki ini melangkah, tembok besar dengan pintu besar dengan arsitektur abad 15 masih kokoh dan indah.
Geliat Lasem Dengan Virtual Tour
Setelah pandemi melanda, wisata menjadi mati suri, pun demikian dengan Lasem. Namun semangat dari beberapa orang termasuk Mas Pop, tour guide di Lasem, pun tak patah arang. Dan, akhirnya Mas Pop membuat sebuah trobosan dengan Lasem Virtual Tour. Salah satu hal yang bisa memperkenalkan Lasem secara luas, namun karena masih dalam kondisi pandemi, maka dibuatlah secara virtual. Tak disangka, peminat virtual tour ini cukup banyak.
Berkat IndiHome, Internetnya Indonesia
Lasem Virtual Tour ini merupakan sebuah trobosan sekaligus penyelamat dikala pandemi. Apalagi saat ini saya menggunakan IndiHome sebagai bagian dari Telkom Indonesia yang memberikan banyak manfaat dengan hadirnya internet di seluruh Indonesia. Beberapa manfaat internet diantaranya :
Menyebarluaskan Informasi
Internet yang kita tahu adalah sebuah media dalam mengakses semua hal terutama berita, hiburan, informasi dan berbagai macam lainnya. Tak heran jika perkembangan internet saat ini sangat baik dan memberikan akses informasi yang banyak kepada masyarakat di seluruh Indonesia.
Membangun Bisnis dan Usaha
Dalam bisnis dan usaha, beberapa hal yang dilakukan sebelum memulainya adalah dengan riset yang mendalam, apalagi jika bisnis yang dilakukan sangat berkaitan dengan teknologi atau tren masa kini misalnya, maka dilakukan riset yang sangat mendalam. Manfaat internet salah satunya bisa melakukan riset mendalam dan membangun webiste yang kredibel untuk bisnis yang baru akan dimulai.
Menghasilkan Uang
Selain membuka usaha atau bisnis, internet juga merupakan lahan basah untuk semua orang yang mau mencari tahu bagaimana cara. Berbagai ragam profesi hadir semenjak internet deiperkenalkan, seperti jasa pembuatan website, ahli SEO, konsultan marketing online dan lain-lain. Profesi yang sangat berkaitan dengan internet ini sangat jeli memanfaatkan peluang yang ada didepan mata.
Menyelamatkan Wisata di Indonesia
Secara umum, pada saat Pandemi ini sektor yang paling terkena dampaknya adalah sektor wisata. Kalau biasanya wisatawan asing dan dalam negeri tertarik untuk berkunjung, dengan adanya regulasi pelarangan kunjungan, maka wisata pun menjadi mati suri. Bahkan di Bali, surga bagi wisatawan asing ini pun sangat terdampak. Dengan adanya internet dan orang-orang yang berada di dalam rumah pun kini bisa tetap menikmati pesona alam dan keindahan wisata terutama dari Lasem. Lasem yang memiliki histori sangat tinggi dan bahkan akan dinobatkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO, ini sangat terbantu dengan adanya Virtual Tour yang diadakan selama pandemi.