Jakarta

Urban Farming Pela Mampang, Oase Di Tengah Beton Jakarta

Jakarta, kota penuh dengan beton. Sejauh kaki melangkah, tanah itu sudah tak terlihat tergantikan bangunan dengan beton yang kokoh. Walau beton sulit ditembus, namun tak mengoyahkan keinginan dari Ibu-ibu di Pela Mampang untuk memanfaatkan lahan yang ada untuk berkebun. Tak berhenti disitu saja, Ibu-ibu tersebut juga mengajak masyarakat untuk turut serta berkebun.

Beton yang kokoh pun bisa disiasati dengan cara berkebun yang berbeda, dengan memanfaatkan pekarangan yang sempit dan metode tanam yang tepat, Pela Mampang  berubah menjadi perkebunan warga yang menyejukan sejauh mata memandang setiap berkendara di RW 01 Pela Mampang. Memanfaatkan lahan kosong dan sempit ini mengubah pola pikir serta gaya hidup ibu-ibu. Tak terasa Urban Farming ini bisa menginspirasi ibu-ibu untuk memanfaatkan lahan kosong dan menghasilkan manfaat lain baik berupa produk dan pendapatan serta baik bagi lingkungan dan kesehatan.

Urban Farming Tak Harus Mahal

Salah satu urban farm yang bisa Anda lihat di kota Jakarta adalah KBA Karina RW 01 Pela Mampang, Jakarta Selatan. KBA Karina adalah Kampung Berseri Astra, kampung ramah lingkungan dari Astra, hadir sebagai implementasi komitmen Astra dalam mengembangkan kampung bersih dan hijau yang masyarakatnya sehat, cerdas dan produktif.

KBA Karina RW 01 Pela Mampang Jakarta Selatan diresmikan sejak tahun 2018 dan berjalan di bawah koordinasi Ibu Rini Andarini. Pada umumnya, berkebun membutuhkan tanah yang luas dan modal yang besar, namun Rini menyatakan bahwa Urban Farming tidak perlu tanah yang luas, tak perlu modal yang besar dan tidak sesulit yang dibayangkan asalkan ada kemauan dan modal sejengal tanah saja pun sudah bisa menghasilkan kebun yang rindang.

Moto Urban Farming yang dianut oleh RW 01 Pela Mampang adalah Sejengkal Tanah Sejuta Manfaat, berekebun ini bisa dilakukan oleh siapapun walau hanya memanfaatkan lahan kosong yang tak luas namun dengan teknik berkebun yang benar dan sesuai dengan kemampuan, maka urban farming bukan hanya menjadi penghijau semata namun menjadi pundi-pundi penghasil uang.

Ilmu Urban Farming Ala RW 01 Pela Mampang

Tak hanya berbagi ilmu bagi RW 01 Pela Mampang, Ibu Rini membagikan ilmu bagaimana bercocok tanam pada lahan terbatas dan bisa memaksimalkannya dengan hasil yang tentu saja secara ekonomi lebih baik daripada lahan tidak termanfaatkan dengan baik.

Inilah cara pelaksanaan Urban Farming ala Ibu-Ibu RW 01 Pela Mampang :

Menyemai bibit yang akan ditanam

Proses menyemai bibit ini adalah tahapan yang harus dijalankan, bahkan sebelumnya perlu dilakukan perendaman bibit. Tujuannya dari perenedam bibit ini adalah menyeleksi bibit mana saja yang bisa ditanam dan tidak bisa ditanam. Jika bibit tersebut tenggelam maka bibit tersebut bisa disemai, namun sebaliknya jika mengapung maka tidak bisa disemai karena bibit tersebut tidak baik.

Perlu diketahui jika beberapa jenis sayuran harus melalui proses penyemaian misalnya pakcoy, selada, selada, sawi dan cabai. Sedangkan tanaman yang tidak memerlukan proses penyemaian adalah kangkung dan bayam.

Siapkan Tempat Untuk Penyemaian

Siapakan tempat untuk penyemaian, biasanya tempat yang digunakan bisa apa saja bisa kaleng bekas, pot bekas, talang air dan lain-lain. Setelah menemukan tempat untuk penyemaian, bibit yang sudah direndam bisa langsung disemaikan di tanah. Dalam proses penyemaian ini bisanya berlangsung selama 3 minggu dan sampai bibit tumbuh daun.

Siapkan Tanah Untuk Proses Penanaman

Siapkan campuran tanah, sekam padi bakar dan pupuk lalu campurkan dengan 2 sendok makan pupuk NPK (Nitrogen, Fosfat, Kalium). Besar kecilnya lahan tergantung dimana kita akan memanfaatkannya. Namun komposisi tanah, pupuk dan sekam padi yang dibakar adalah 1:1 lalu biarkan terfermentasi selama 3 hari.

Pemindahan Bibit dan Menunggu Panen

Tahap selanjutnya adalah memindahkan bibit yang sudah disemai terlebih dahulu dan dipidahkan ke tanah yang sudah difermentasikan terlebih dahulu sesuai dengan komposisi tanah yang baik untuk tanaman. Setelah ditanam, dilakukan perawatan dengan menyemprot tanaman dengan pupuk urea setelah 2 minggu. Dan, setelah itu tunggulah hingga saat panen tiba.

Saat panen, biasanya ibu-ibu bisa memasak hasil kebun sendiri, atau jika ingin menghasilkan pundi-pundi bisa dijual ke pasar atau ke tetangga yang membutuhkan sayur segar dari kebun sendiri. Manfaat Urban Farming ini banyak sekali salah satunya bisa menambah penghasilan ibu-ibu, menambah asri rumah, menghijaukan rumah, membuat lingkungan lebih bersahabat dan mengurangi polusi serta perubahan iklim yang ada.

Dengan adanya Urban Farming, membantu ibu-ibu dalam mengelola kebun secara kecil-kecil mulai dari pembibitan, penyemaian, penanaman dan pemanenan. Disamping itu, mampu melakukan inovasi-inovasi dalam pemanfaat lahan kosong yang sempit dengan melakukan teknik penanaman tanaman susun memanjang, selain itu bisa memanfaatkan lahan dan tembok kosong.

Notes : sumber gambar koran-jakarta.com

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *