Festival Indonesia Lampung

Warna-Warni Festival Sekala Brak

Seorang dapat berjumpa dengan orang lain tanpa adanya sebuah jalinan apapun karena adanya suratan yang telah ditulis di semesta beberapa juta silam. Saya pun merasakan hal itu ketika memasuki daratan lampung, namun karena masih terkantuk-kantuk, mimpi dan kenyataan pun masih tersamar, namun saya menikmatinya, mungkin suatu saat kondisi mimpi dan kenyataan itu pun tak ada bedanya lagi karena itulah kenyataan. 
Seperti dongeng atau kisah yang orang tua dendangkan menjelang tidur, saya mencoba mengingat kembali, rasanya getaran dan atmosfir Lampung masih sama seperti 8 tahun lalu ketika saya menginjakan kaki di daratan ini untuk pertama kalinya. Nuansa warna-warni rumah adatnya, senyum ramah yang warganya, keragaman budayanya dan gajah masih menjadi kesan mendalam sampai saat ini.
Coba tebak saya ada dimana?
Mungkin memori ini perlahan mulai memudar, namun setidaknya foto inilah yang dapat mengembalikan kenangan yang masih ada, bahkan bisa saja memori ini akan semakin kuat tertanam.
Mimpi itu telah berganti dengan cahaya silau. Saya terbangun, walau masih setengah sadar. 
“Rie, kita sudah sampai mana?” Saya bertanya pada Arie Gioq yang duduk tepat di depan saya bersama Gio.
Arie menjawab dengan gelengan, dan itu artinya tanjung karang yang menjadi tujuan telah bergeser entah dimana. Saat membuka google maps dan memastikan lagi kemana bus ini akan membawa kami bertiga, iya kami trio GGS (Gio Goiq Salman). 
Saya mendongak ke atas ketika sebuah papan bertuliskan Kota Bumi. Papan itu seakan ingin memberitahukan bahwa inilah kota bumi, “Selamat datang di kota bumi”. Kota para manusia yang membumi dan menyatu dengan alam. 

Festival Sekala Brak 

Dua orang mengenakan busana mencolok dengan pernak-pernik dan detail yang membuat busana tersebut terlihat menakjubkan. Sang pria mengenakan makhota kemudian jubah menjuntai sampai menyentuh pangung dan dominan dengan warna hitam. Wanita yang telah mengenakan make-up pun mengenakan mahkota serupa namun agak sedikt kecil dengan dominasi warna pink. Nampak serasi dengan tatanan pangung yang penuh warna-warna mencolok dan menyegarkan mata. Kedua MC tersebut siap memulai mengantarkan penonton menuju parade Festival Sekala Brak kali ini.
Berhadapan dengan panggung MC, hadir Tamu Agung dari berbagai daerah di Lampung dan rombongan dari Jakarta, seperti ketua MPR, Bapak.Zulkifli Hasan dan Gubernur Lampung, Bapak Muhammad Ridho Ficardo. Sebelum memulai acara, Bapak Zulkifli menabuh genderang sebagai tanda di mulainya parade Festival Sekala Brak Lampung Barat. 
Warna segar dan cerah mulai bertaburan menghias jalanan di area kantor bupati Lampung Barat yang beribukota di kota Liwa. Kemudian, seluruh pergerakan massa itu melintas secara bergantian dihadapan tamu agung. Sementara saya larut dalam pemikiran dan dituangkan dalam beberapa snapshot yang akan saya jabarkan dibawah ini.
Warna-warni Kain Tapis
Selama parade berlangsung, tak satupun dari pakaian di hadapan saya lewatkan begitu saja, saya mengabadikan dengan kamera DLSR, walaupun dengan kemampuan fotografi yang bisa dibilang masih jauh dari kata profesional. Saya terpesona dengan kain yang sangat menyegarkan mata saya, sangat berwarna-warni dengan motif yang luar biasa. 
Masyarakat Lampung telah akrab dengan kain tapis semenjak abad ke-2 sebelum Masehi, sehingga terdapat beberapa perpaduan budaya nenek moyang dalam motif yang ditampilkan, namun tak jarang karena pengaruh Islam, motif yang ditampilkan pun berupa tumbuhan, hewan dan matahari bulan dan motif lainnya.
Kaya Budaya 


Mulut saya sempat mengangga melihat beberapa orang dengan pakaian adat Jawa lalu lalang dihadapan saya beberapa saat sebelum parade dimulai, namun setelah saya merenung sejenak, saya cukup bangga juga. Lampung merupakan salah satu tempat transmigrasi yang dicanangkan di masa kepemimpinan Persiden ke-2 Indonesia, makanya banyak sekali kebudayaan dari Jawa yang tetap dipertahankan walaupun telah berpindah tempat. 
Selain dari Jawa, beberapa adat lain juga hadir dan beriringan bersama adat Lampung seperti Palembang, Batak, Padang, Sunda dan lainnya. Bisa dikatakan bahwa Lampung adalah miniatur dari Indonesia yang beragam namun tetap satu.
Topeng “Sekura”
Tradisi Lampung sangat kaya, bahkan saking kayanya, Topeng pun memiliki ciri khas yang tak ada duanya di Indonesia. “Sekura”, begitulah orang Lampung menyebut pahatan kayu yang membentuk sebuah wajah baik wajah bersih maupun wajah yang buruk atau jelek. Menurut kepercayaan, Sekura dahulu merupakan perwujudan orang sakti untuk mengelabuhi masyarakat sehingga tidak nampak identitas aslinya. 
Saya sangat terkesan dengan Sekura karena yang saya lihat dari kerajinan topeng hanya beberapa bagian di Jawa saja yang memiliki kebudayaan tersebut. Namun, kemudian lagi-lagi kebudayaan ini tak lepas dari peradaban masa lalu yang sempat menyatu dalam sebuah nama “Nusantara”. 
Silat Kepaksian/Keratuan
Seorang anak yang belum genap 10 tahun itu mengenakan “Sekura” dengan baju sangat mencolok warna merah muda dan jeans yang sobek di beberapa bagiannya. Anak tersebut kemudian melakukan gerakan secara terampil, sepertinya gerakan tersebut adalah pencak silat yang selama ini saya tonton di televisi.
Menarik sekali hiburan masyarakat Lampung yang satu ini, seakan menaikan adrenalin saya yang selama beberapa tahun ini mungkin terpendam rutinitas dan kejenuhan semata. 
Warna-warni Karnaval
Satu hal yang mencolok dalam Festival Sekala Brak adalah kostum yang dikenakan oleh sebagian peserta Parade. Salah satunya kostum yang memiliki kesamaan dengan Jember Fashion Carnival. Bangga sekaligus berharap semoga semakin banyak yang menampilkan kreativitas sehingga menghasilkan kostum karnaval yang luar biasa dan dapat menarik masyarakat untuk menontonya setiap tahunnya.
Sebagai anak negeri, menonton parade atau karnaval kali ini membuat saya semakin mengerti, betapa beragam sekali potensi budaya dari satu daerah yaitu Lampung, belum lagi budaya dari tempat lain yang memiliki kekayaan yang tak terhingga. 
Sebuah penutup, sekecil apapun potensi yang dimiliki oleh suatu daerah sebarluaskanlah, karena walaupun kecil namun memiliki keunikan yang tak terhingga yang mewarnai keberagaman Indonesia. 

Anda mungkin juga suka...

10 Komentar

  1. Kalau sudah ngomongin festival budaya atau karnaval budaya di Lampung, yang gak nahan kan Tapisnya itu tuh..Bikin mata bangun dari ngantuk hehehe..

  2. Keren jalan2nya….kapan2 ajak2lah

  3. Lampung semakin bersolek ya sepertinya, saya mulai mengetahui informasi dari blogger-blogger ada beberapa festival pariwisata di sana,,,

  4. Warna2 khasnya nyenengin ya, ungu, merah, emas. Baru sekali ke Lampung, lewat doang, mampir bakso son haji :))

  5. Arrrrgh Trio GGS, I'm a fan! #halah

    Semoga kita bisa reuni di festival ini lagi, atau trip2 lainnya! :))

  6. Keren festivalnya, seru bisa meliput acara di sana 😀

  7. ibnu cho says:

    Keren cerita jalan jalannya…Ngomongin festifall dan sejenisnya, bakalan punya cerita kehebohan sendiri,,,,

  8. waaaah seru banget festivalnya! pingin ikutan. belum pernah eksplor Lampung sampe puas, euy. 😀

  9. Watch box office says:

    Rame banget yaa pasti hamppir semua adat tumpah disitu ya kak ?

  10. festival yang sangat meriah sekali..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *